Senin, 03 Juni 2013

Berlaku Adil (Nasehat Agama)



BERLAKU ADIL

Salah satu prinsip dalam islam adalah berlaku adil dan berjuang menegakkan keadilan. Kepada siapa kita harus berlaku adil? Pertama kita harus berlaku adil kepada Allah SWT bagaimana cara berlaku adil kepada Allah SWT. Yaitu pertama jangan menyekutukannya dengan sesuatupun, dalam hidup ini ada orang yang sama sekali tidak percaya kepada Tuhan, sebaliknya ada juga yang percaya tapi tuhannya terlalu banyak. Yang adail dalam hal ini adalah percaya kepada Tuhan dan Tuhan itu jangan dipersekutukan dengan sesuatupun. Inilah keadilan kepada Allah SWT, jangan menyekutukannya dengan sesuatu baik dengan berterang- terangan maupun dengan sembunyi sembunyai. Karena sirik ada dua macam ada yang disebut sirik jali (sirik terang terangan) nyata- nyata menyembah patung, nyata-nyata menyembah api, nyata- nyata menyembah gunung, nyata-nyata berkeyakinan tuhan lebih dari satu, itu  namanya sirik jali. Ada yang kedua disebut sirik khofi (sirik yang tersembunyi, sirik yang agak tersamar) tidak nyata-nyata menyembah berhala , tidak nyata menyembah api, tidak langsung menyembah matahari, tidak langsung menyembah gunung. Tapi ada suatu keyakinan mencerminkan semua itu. Percaya kepada cincin dan percaya kepada burung  sebagainya, itu semua sirik khofi sirik yang tersamar. Jangan menyekutukan Allah dengan sesuatu baik dengan terang-terangan maupun yang tersamar.
Yang kedua adil kepada Allah adalah tidak menyembah kecuali hanya kepadanya. Karena jika kita berkeyakinan bahwa tidak ada tuhan selain Allah, saya tidak akan menyembah kecuali hanya kepada Allah dalam ucapan dan dalam perbuatan. Kita tahu mudah menjadi hamba Allah dalam ucapan tapi tidak mudah membuktikannya dalam perbuatan. Saya hamba Allah kata saya tapi apakah Allah mengakui kita sebagai hambanya itu kita tidak tau, karena berapa banyak orang yang mulutnya mengucapkan saya hamba Allah, perbuatannya menunjukan hamba nafsu hamba harta, hamba jabatan, tidak sesuai antara perkataan dan perbuatan. Kalau adillah kita kepada Allah pertama jangan engkau sekutukan Dia dengan sesuatupun dan kedua jangan menyembah kecuali hanya kepadaNya.
Setelah berlaku adil kepada Allah maka yang kedua kita harus berlaku adil kepada sesama. Sesama manusi baik dia muslim maupun dia non muslim karena islam adalah rohmatan lilalamin, jangankan lagi dia sebagai manusi walaupun beda agama, binatangpun sekalipun, tumbuh-tumbuhan sekalipun mendapat rahmat sebagai sebab  turunya islam ini. Jadi perbedaan agama bukanlah alas an utuk bertolak belakang. Sedemikian tegasnya Rasullullah menegaskan. Man adzda dimmian mim madani. Barang siapa yang menggagu orang kafir dimmi sama saja  menyakiti aku. Kita berbeda agama dan kita sepakat untuk itu. Kita juga bukan pemilik kebenaran dan mengklaim orang lain salah semua. Sah saja orangmengatakan agamanya saja yang benar namun tidak lantas itu lalu dia menghina yang lain . menghina itu sama saja menghina rasul. Oleh karenanya, kepada non muslim kita harus berlaku adil. Kalau mendengar sariat islam sementara ini kita mendengar petir, melihat monster, yang terbayang itu pancung, gantung, rajam, tanpa kita melihat hokum kausalnya, sebab akibatnya. Padahal watak syariat islam itu barang kali yang kita dambakan selam ini, pertama syariat islam itu : almuswwat fil takali warakhkam  semua orang sama berhadapan dengan hokum. Bukankah ini masyarakat yang kita dambakan, bukankah ini masyarakat yang kita bangun, diman tidak ada warganegara kelas satu. Dimana warga Negara istimewa. Diman hokum tidak berjalan seperti pisau yakni tajam kebawah tapi tumpul keatas. Syariat islam memandang semua sama dihadapan hokum dan sejarah membuktikan semua itu. Bagaiseorang Ali bin Abi Thalib menjadi kholifah, ketika menjadi kholifah berperkara dengan orang nasrani, dan imam Ali kalah dipengadilan islam, seorang kholifah berperkara dengan seorang nasrani dan kalah dipengadilan islam itulah syariat, seorang gubernur amar bin As, kalah dipengadilan berperkara dengan seorang yahudi. Ini sebuah potret bahwa didepan syariatsemua orang  sama dalam berhadapan dengan hokum.
Yang kedua watak syariat itu: ada tahapan dalam melaksanakan syariat itu, ada tahapan, ada etape yang harus ditempuh, kalau tercukupi itu terlaksanalah syariat. Mula-mula tentang minuman keras, alqur’an Cuma memberikan warning (peringatan) minuman keras ada manfaatnya ada bahayanya, tapi bahayanya lebih besar dari manfaatnya, kemudian turunlagi yang kedua laatakrobussholat waantum sukara, jangan dekat-dekatsholat kalau kamu mabuk. Setelah kondisi sosialnya siap masyarakat sudah tidak kaget lagi, maka turunlah fonis arak, minuman keras, judi najis , kotor perbuatan syetan jauhi kalau kamu ingin menjadi manusia yang beruntung. Itu yang disebut attajrid ada tahapan.
Yang ketiga      : menyedikitkan beban , kalau kemampuan melaksanakan suatu perintah berkurang, tekananpun menurun, puasa yang dikerjakan hanya kepada yang cukup syarat, berkurang syarat maka berkurang tekanan perintah. Cukup syarat dia wajib melaksanakan puasa, kurang syarat dia tidak wajib melaksanakan puasa, sholat wajib berdiri, tidak mampu berdiri boleh duduk, tidak mampu duduk boleh berbaring, tidak mampu berbaring dengan isyarat, laksanakan sesuai kemampuan. Inilah ramahnya syariat islam ini. Berlaku adil kepada sesame, pertama  baik kepada muslim maupun non muslim, demikian tinggi nilai keadilan ini junjung sampai ayat alquran menyatakan : laa… janganlah kebencianmu kepada sesuatu kaum  menyebabkan kamu tidak adail. Tegakkan keadilan walaupun kepada orang yang paling kita benci. Kebencian bukan alasan untuk kita berlaku tidak adil. Sedemikian objektifnya perintah untuk melaksanakan keadilan ini , adil kepada sesame muslim adil juga kepada non muslim.
Yang ketiga kita berlaku adil kepada diri kita sendiri. Adil kepada Allah, adil kepada sesame dan adil kepada diri sendiri. Tubuh kita secara keseluruhan ibarat sebuah kerajaan segala sesuatu dalam tubuh ini ada haknya. Mata ini ada haknya untuk tidur. Berjaga sepanjang malam tidak tidur-tidur itu mengurangi hak mata dan itu dholim. Perut ini ada haknya untuk makan , untuk diisi, juga untuk istirahat. Puasa terus menerus tidak makan-makan itu dholim kepada hak perut. Untuk itu didalam islam puasa wisol atau puasa non stop yang tidak makan-makan dari pagi sampai malam sampai pagi lagi bukan saja tidak boleh bahkan harum hukumnya. Karena bertentangan dengan fitrah manusia, pada sisi lain sudah tidak adil kepada perut kita.
Tiaphari jumat, kalau kita sholat jumat khotib memasankan kepada kita tentang ini innalloha yakmuru biadli wa ihsan . Allah menyuruh berlaku adil dan ihsan, diuulang kali diulang kali, karena ini adalah suatu prinsip. Untuk itu melalui mimbar ini mari kita berlaku adil. Pertama adillah kepada Allah, jangan menyekutukannya dengan sesuatu, lalu jangan menyembah kecuali hanya kepadanya dalam berbagai keadaan. Yang kedua adaillah kepada sesame manusia baik dia orang yang kita sayangi, kita senangi maupun dia orang yang kita tidak sukai, maupun dia orang yang kita benci maupun kepada orang muslim dan orang non muslim, karena islam adaklah rahmah bagi alam ini. Masyarakat yang kita dambakan adalah masyarakat yang tegak diatas keadilan, keadilan yang menyangkut ekonomi, keadilan dibidang pendidikan, keadilan dibidang social, pendeknya keadilan diberbagai aspek kehidupan ini.  Dan yang ketiga adilah kepada diri sendiri. Semoga kita menjadi orang – orang yang dapat berlaku adil dan menegakkan keadilan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar