BERLAKU
ADIL
Salah satu prinsip
dalam islam adalah berlaku adil dan berjuang menegakkan keadilan. Kepada siapa
kita harus berlaku adil? Pertama kita harus berlaku adil kepada Allah SWT
bagaimana cara berlaku adil kepada Allah SWT. Yaitu pertama jangan menyekutukannya
dengan sesuatupun, dalam hidup ini ada orang yang sama sekali tidak percaya
kepada Tuhan, sebaliknya ada juga yang percaya tapi tuhannya terlalu banyak.
Yang adail dalam hal ini adalah percaya kepada Tuhan dan Tuhan itu jangan
dipersekutukan dengan sesuatupun. Inilah keadilan kepada Allah SWT, jangan
menyekutukannya dengan sesuatu baik dengan berterang- terangan maupun dengan
sembunyi sembunyai. Karena sirik ada dua macam ada yang disebut sirik jali
(sirik terang terangan) nyata- nyata menyembah patung, nyata-nyata menyembah
api, nyata- nyata menyembah gunung, nyata-nyata berkeyakinan tuhan lebih dari
satu, itu namanya sirik jali. Ada yang
kedua disebut sirik khofi (sirik yang tersembunyi, sirik yang agak tersamar)
tidak nyata-nyata menyembah berhala , tidak nyata menyembah api, tidak langsung
menyembah matahari, tidak langsung menyembah gunung. Tapi ada suatu keyakinan
mencerminkan semua itu. Percaya kepada cincin dan percaya kepada burung sebagainya, itu semua sirik khofi sirik yang
tersamar. Jangan menyekutukan Allah dengan sesuatu baik dengan terang-terangan
maupun yang tersamar.
Yang kedua adil kepada
Allah adalah tidak menyembah kecuali hanya kepadanya. Karena jika kita
berkeyakinan bahwa tidak ada tuhan selain Allah, saya tidak akan menyembah
kecuali hanya kepada Allah dalam ucapan dan dalam perbuatan. Kita tahu mudah
menjadi hamba Allah dalam ucapan tapi tidak mudah membuktikannya dalam
perbuatan. Saya hamba Allah kata saya tapi apakah Allah mengakui kita sebagai
hambanya itu kita tidak tau, karena berapa banyak orang yang mulutnya
mengucapkan saya hamba Allah, perbuatannya menunjukan hamba nafsu hamba harta,
hamba jabatan, tidak sesuai antara perkataan dan perbuatan. Kalau adillah kita
kepada Allah pertama jangan engkau sekutukan Dia dengan sesuatupun dan kedua
jangan menyembah kecuali hanya kepadaNya.
Setelah berlaku adil
kepada Allah maka yang kedua kita harus berlaku adil kepada sesama. Sesama
manusi baik dia muslim maupun dia non muslim karena islam adalah rohmatan
lilalamin, jangankan lagi dia sebagai manusi walaupun beda agama, binatangpun
sekalipun, tumbuh-tumbuhan sekalipun mendapat rahmat sebagai sebab turunya islam ini. Jadi perbedaan agama
bukanlah alas an utuk bertolak belakang. Sedemikian tegasnya Rasullullah
menegaskan. Man adzda dimmian mim madani. Barang siapa yang menggagu orang
kafir dimmi sama saja menyakiti aku.
Kita berbeda agama dan kita sepakat untuk itu. Kita juga bukan pemilik
kebenaran dan mengklaim orang lain salah semua. Sah saja orangmengatakan
agamanya saja yang benar namun tidak lantas itu lalu dia menghina yang lain .
menghina itu sama saja menghina rasul. Oleh karenanya, kepada non muslim kita
harus berlaku adil. Kalau mendengar sariat islam sementara ini kita mendengar
petir, melihat monster, yang terbayang itu pancung, gantung, rajam, tanpa kita
melihat hokum kausalnya, sebab akibatnya. Padahal watak syariat islam itu
barang kali yang kita dambakan selam ini, pertama syariat islam itu : almuswwat
fil takali warakhkam semua orang sama
berhadapan dengan hokum. Bukankah ini masyarakat yang kita dambakan, bukankah
ini masyarakat yang kita bangun, diman tidak ada warganegara kelas satu. Dimana
warga Negara istimewa. Diman hokum tidak berjalan seperti pisau yakni tajam
kebawah tapi tumpul keatas. Syariat islam memandang semua sama dihadapan hokum
dan sejarah membuktikan semua itu. Bagaiseorang Ali bin Abi Thalib menjadi kholifah,
ketika menjadi kholifah berperkara dengan orang nasrani, dan imam Ali kalah
dipengadilan islam, seorang kholifah berperkara dengan seorang nasrani dan
kalah dipengadilan islam itulah syariat, seorang gubernur amar bin As, kalah
dipengadilan berperkara dengan seorang yahudi. Ini sebuah potret bahwa didepan
syariatsemua orang sama dalam berhadapan
dengan hokum.
Yang kedua watak syariat
itu: ada tahapan dalam melaksanakan syariat itu, ada tahapan, ada etape yang
harus ditempuh, kalau tercukupi itu terlaksanalah syariat. Mula-mula tentang
minuman keras, alqur’an Cuma memberikan warning (peringatan) minuman keras ada
manfaatnya ada bahayanya, tapi bahayanya lebih besar dari manfaatnya, kemudian
turunlagi yang kedua laatakrobussholat waantum sukara, jangan dekat-dekatsholat
kalau kamu mabuk. Setelah kondisi sosialnya siap masyarakat sudah tidak kaget
lagi, maka turunlah fonis arak, minuman keras, judi najis , kotor perbuatan
syetan jauhi kalau kamu ingin menjadi manusia yang beruntung. Itu yang disebut
attajrid ada tahapan.
Yang ketiga : menyedikitkan beban , kalau
kemampuan melaksanakan suatu perintah berkurang, tekananpun menurun, puasa yang
dikerjakan hanya kepada yang cukup syarat, berkurang syarat maka berkurang
tekanan perintah. Cukup syarat dia wajib melaksanakan puasa, kurang syarat dia
tidak wajib melaksanakan puasa, sholat wajib berdiri, tidak mampu berdiri boleh
duduk, tidak mampu duduk boleh berbaring, tidak mampu berbaring dengan isyarat,
laksanakan sesuai kemampuan. Inilah ramahnya syariat islam ini. Berlaku adil
kepada sesame, pertama baik kepada
muslim maupun non muslim, demikian tinggi nilai keadilan ini junjung sampai
ayat alquran menyatakan : laa… janganlah kebencianmu kepada sesuatu kaum menyebabkan kamu tidak adail. Tegakkan
keadilan walaupun kepada orang yang paling kita benci. Kebencian bukan alasan
untuk kita berlaku tidak adil. Sedemikian objektifnya perintah untuk
melaksanakan keadilan ini , adil kepada sesame muslim adil juga kepada non
muslim.
Yang ketiga kita
berlaku adil kepada diri kita sendiri. Adil kepada Allah, adil kepada sesame
dan adil kepada diri sendiri. Tubuh kita secara keseluruhan ibarat sebuah
kerajaan segala sesuatu dalam tubuh ini ada haknya. Mata ini ada haknya untuk
tidur. Berjaga sepanjang malam tidak tidur-tidur itu mengurangi hak mata dan
itu dholim. Perut ini ada haknya untuk makan , untuk diisi, juga untuk
istirahat. Puasa terus menerus tidak makan-makan itu dholim kepada hak perut.
Untuk itu didalam islam puasa wisol atau puasa non stop yang tidak makan-makan
dari pagi sampai malam sampai pagi lagi bukan saja tidak boleh bahkan harum
hukumnya. Karena bertentangan dengan fitrah manusia, pada sisi lain sudah tidak
adil kepada perut kita.
Tiaphari jumat, kalau
kita sholat jumat khotib memasankan kepada kita tentang ini innalloha yakmuru
biadli wa ihsan . Allah menyuruh berlaku adil dan ihsan, diuulang kali diulang
kali, karena ini adalah suatu prinsip. Untuk itu melalui mimbar ini mari kita
berlaku adil. Pertama adillah kepada Allah, jangan menyekutukannya dengan
sesuatu, lalu jangan menyembah kecuali hanya kepadanya dalam berbagai keadaan.
Yang kedua adaillah kepada sesame manusia baik dia orang yang kita sayangi,
kita senangi maupun dia orang yang kita tidak sukai, maupun dia orang yang kita
benci maupun kepada orang muslim dan orang non muslim, karena islam adaklah
rahmah bagi alam ini. Masyarakat yang kita dambakan adalah masyarakat yang
tegak diatas keadilan, keadilan yang menyangkut ekonomi, keadilan dibidang
pendidikan, keadilan dibidang social, pendeknya keadilan diberbagai aspek
kehidupan ini. Dan yang ketiga adilah
kepada diri sendiri. Semoga kita menjadi orang – orang yang dapat berlaku adil
dan menegakkan keadilan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar